Saturday, June 18, 2022

 Resume Pertemuan ke-14 Pelatihan Belajar Menulis PGRI 

Judul                 : Konsep Buku Non-fiksi

Gelombang       : 26

Hari/Tanggal    : Jumat/17 Juni 2022

Nara Sumber    : Musiin, M.Pd

Moderator        : Lely Suryani





Assalamualaikum, selamat malam dan salam sejahtera untuk kita semua.
Alhamdulillah sudah berada di pertemukan ke 14. Semoga tetap istiqomah mengikuti pelatihan BM. Malam ini saya akan bercengkeram kembali dengan suara keyboard untuk menghasilkan resume dari materi yang akan disampaikan oleh narasumber keren dengan moderator yang enerjik. Narasumber dan moderator merupakan pasangan yang selalu ada kemistri tanpa batas. 

Ibu Musiin, M.Pd, yang malam ini akan menularkan virus menulisnya kepada semua peserta BM gelombang 25 dan 26. Materi yang akan disampaikan berjudul Konsep Buku Non-fiksi. Dalam penyampaian materi tersebut dipandu oleh seorang guru yang cantik jelita bernama Lely Suryani. Keduanya merupakan lulusan dari pelatihan BM yang diprakasai oleh Om Jay. Dan malam ini adalah malam yang sangat menggembirakan karena hadir juga Om Jay menyapa kita semua. Virus menulis telah ditularkan kepada ribuan guru-guru seluruh Indonesia. Terima kasih Om Jay yang sudah memotivasi kami guru-guru untuk terus belajar menulis dan menghasilkan tulisan. "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", kalimat mantra Om Jay yang selalu diucapkan untuk memotivasi peserta.

Seperti malam-malam sebelumnya, pelatihan ini dibagi menjadi dua sesi yaitu, pemamparan materi dan tanyajawab. Baiklah saya akan ulang kembali materi apa saja yang disampaikan oleh narasumber hebat  ini, semoga dapat memberikan pencerahan  kepada semua yang membaca tulisan saya, dan banyak yang termotivasi untuk menulis buku non-fiksi, khususnya untuk saya sendiri, sangat berharap bisa menghasilkan buku setelah mengikuti pelatihan BM ini.

Yuk disimak materi yang padat bermakna dari bu Musiin  berikut ini :

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

1.Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)

Contoh: Buku Pelajaran

2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara)

                                       

Salah satu hasil tulisan ibu Musiin sang  narasumber menggunakan pola yang  ketiga yakni Pola Klaster. Menjadi inspirasi bagi peserta untu mengikuti jejaknya menghasilkan buku. Dan berharap bisa menyaksikan dan melihat buku karyanya terpampang di rak toko-toko buku. Bisa dijual baik secara online maupun offline. Bahagia rasanya seandainya keinginan ini terwujud, melihat buku yang terpampang salah satunya adalah hasil karya tulisan sendiri. Semoga bisa benar-benar terwujud menghasilkan buku yang bertengger di rak toko buku gramedia, seperti gambar di bawah ini buku karya bu Musiin yang terpampang di rak toko buku Gramedia.




Langkah-langkah apa saja yang yang harus dilakukan dalam menyusun buku non-fiksi, yuk kita simak penjelasan dari narasumber. Jadi proses penulisan buku nonfiksi terdiri dari 5  langkah, yakni :

1. Pratulis

2. Menulis Draf

3. Merevisi Draf

4. Menyunting Naskah

5.  Menerbitkan

Penjelasan detail yang disampaikan narasumber kepada peserta, membuat kita semakin gamblang dan terang benderang. Penjelasan yang runtut dan deatil disampaikan narasumber kepada seluruh peserta BM yang masih antusias mengikuti pelatihan ini, walaupun mata sudah lelah berada di depan layar laptop, tetapi pantang mundur sebelum resume meluncur. Berikut penjelasn detail dari langkah-langkah yang dilakukan.

Langkah Pertama :Pratulis

1. Menentukan tema

2. Menemukan ide

3. Merencanakan jenis tulisan

4. Mengumpulkan bahan tulisan

5. Bertukar pikiran

6. Menyusun daftar

7.  Meriset

8.  Membuat Mind Mapping

9.  Menyusun kerangka

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya

1. Pengalaman pribadi

2. Pengalaman orang lain

3. Berita di media massa

4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram

5. Imajinasi

6. Mengamati lingkungan

7. Perenungan

8. Membaca buku

9. Survey

10. Wawancara


 Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet.

 Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

Bu Musiin memberikan contoh membuat kerangka yang beliau ajukan pada saat beliau membuat buku non fiksi kepada  Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan.

Berikut ini adalah dafatr isi dari buku yang beliau  tulis :

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A. Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.  Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A. Media Sosial

B.  UU ITE

C.  Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A. Pengertian

B. Elemen

C. Pengembangan

D. Kerangka Literasi Digital

E. Level Kompetensi Literasi Digital

F.  Manfaat

G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H. Kewargaan Digital

 

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A. Keluarga

B. Sekolah

C. Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C. Membangun Digital Mindset Warganet +62


Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, beliau mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean alumni BM gelombang 8 di Channel beliau. Menurut bu Musiin langkah-langkah yang diberikan sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis. Lebih detail bu Musiin memberikan link youtube milik pak Yulius berikut ini : 

https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be


Untuk menulis buku, kita memakai anatomi buku. Anatomi buku ini sangat penting jika ingin mengikuti ujian sertifikat penulis.

 Berikut susunan anatomi buku yang bu Musiin sampaikan :

1. Halaman Judul

2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3. Halaman Daftar Isi

4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5. Halaman Prakata

6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7. Bagian /Bab

8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9. Halaman Glosarium

10. Halaman Daftar Pustaka

11. Halaman Indeks

12. Halaman Tentang Penulis


 Langkah kedua : Menulis Draf

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan


Langkah ketiga : Merevisi Draf

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.


Langkah keempat : Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1. Ejaan

2. Tata bahasa

3. Diksi

4. Data dan fakta

5. Legalitas dan norma


Hambatan-hambatan dalam menulis yang biasa muncul dari seorang penulis, narasumber mengidentifikasi ada lima hambatan, yaitu : 

1. Hambatan waktu

2. Hambatan kreativitas

3. Hambatan teknis

4. Hambatan tujuan

5. Hambatan psikologis


Selain yang disampaikan di atas  narasumber juga menyapaikan tentang ciri-ciri buku nonfiksi. Ada 4 ciri-ciri buku nonfiksi, yaitu : 

  1. Bahasa yang digunakan formal dan baku.
  2. Isi berkaitan dengan fakta.
  3. Tulisan bersifat ilmiah populer.
  4. Isi diambil dari penelitian atau temuan yang sudah ada.


Sedangkan jenis-jenis buku non fiksi, adalah sebagai berikut :

  1. Buku Catatan Pelajaran
  2. Buku Teks
  3. Buku Pelajaran
  4. Buku Motivasi
  5. Buku Filsafat
  6. Buku Sains Populer
  7. Kamus
  8. Ensiklopedia
  9. Biografi
  10. Memoar

Selanjtnya adalah sesi tanyajawab. Berikut ini adalah rangkuman jawaban narasumber dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta .

💥 Faktual tidak berkaitan dengan momen, namun lebih ke isi. Sedangkan aktual mengacu ke sesuatu yang sedang dibahas atau dibicarakan. Faktual bisa aktual, sedangkan aktual belum tentu faktual. Faktual tidak berkaitan dengan momen, namun lebih ke isi. Sedangkan aktual mengacu ke sesuatu yang sedang dibahas atau dibicarakan. Faktual bisa aktual, sedangkan aktual belum tentu faktual. Faktual bisa aktual sedangkan aktual belum tentu faktual. Sesuatu yang berdasarkan fakta bisa bersifat kekinian, sedangkan berita kekinian belum tentu itu berdasarkan fakta, misalnya hoax yang berkembang di masyarakat.

💥Untuk meyakinkan orang bahwa tulisan kita bukan hasil dari plagiarisme dengan mencantumkan sumber dari data, pendapat atau gambar yang kita ambil untuk tulisan  Untuk saat ini ada alat berbasis web yang dapat mendeteksi level plagiarisme. Alat ini bisa dipakai sebelum kita meng-upload tulisan kita. Esai yang kita kirimkan jika kita mengikuti lomba, filter pertama pasti plagiarisme checker. Untuk itu kita harus pandai mengolah kata dari ide yang kita ambil. Jika kita hanya copy paste tanpa mencantumkan sumber, tentu dianggap sebagai plagiat.

💥Kita bisa menggunakan  model teks apapun sepanjang itu sesuai dengan tujuan tulisan kita, misalkan kita menulis jenis buku motivasi. Untuk meyakinkan pembaca kita bisa menggunakan teks persuasi  atau teks narasi ketika kita memberi cerita untuk memperkuat motivasi kita. Untuk buku teks pelajaran, model teks yang kita gunakan adalah eksplanasi dan deskriptif. Semakin lama jam terbang, penulis akan secara otomatis menyesuaikan agar makna yang disampaikan mudah ditangkap pembaca.

💥Nonfiksi murni ditulis berdasarkan data-data otentik atau berdasarkan penelitian dan mempunyai daya pendukung yang jelas. Nonfiksi kreatif berasal dari sumber otentik namun kemudian dikembangkan oleh penulis.Contoh tulisan nonfiksi kreatif adalah biografi.Tulisan ini berdasarkan sumber otentik, namun agar menarik tulisan tersebut dikembangkan oleh penulis.

💥Cerita novel Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, dll merupakan cerita memoar. Definisi memoar adalah bentuk nonfiksi kreatif  di mana penulis menceritakan pengalaman dari hidupnya dan biasanya berbentuk narasi. Buku memoar biasanya bisa memberi inspirasi pembaca. Laskar Pelangi adalah kisah 10 bocah, dari sudut pandang Andrea Hirata. Dan buku ini bagi narasumber sangat istimewa karena mengabadikan peristiwa dalam kehidupan seseorang. Ada kutipan yang menarik bahwa Memoar dapat menjadi obat berdamai dengan masa lalu.

Closing Statement :

Narasumber memberikan closing statemen dengan pertama mendoakan peserta pelatihan, doanya adalah "semoga pertemuan ini menjadi trigger untuk menjadi penulis yang luar biasa". Aamiin YRA 

Berikutnya :  Tiap kesempatan yang diambil adalah sebuah kesempatan untuk menang. Kesempatan yang kecil seringkali merupakan permulaan kepada usaha yang besar.

Demikian sharing resume dari pelatihan pertemuan ke 14 berdasarkan pengalaman dari narasumber. . Semoga ilmu yang yang disampaikan narasumber dapat membantu kita semua pejuang-pejuang untuk menjadi seorang penulis dan dapat menaklukkan tantangan untuk menulis buku non-fiksi.

Terimaksih bu Musiin dan bu Lely yang telah memberi banyak inspirasi pada pertemuan ini, semoga Allah balas semua kebaikan dengan pahala berlipat ganda. Tetap sehat dan selalu bahagia.

Salam Literasi 💪💪💪


No comments:

Post a Comment

Resume Pertemuan ke-30 Pelatihan Belajar Menulis PGRI  Judul                 : Digitalisasi Gerakan Literasi Sekolah Gelombang       : 2...