Resume Pertemuan ke-20 Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Judul : Menguak Dapur Penerbit Mayor
Gelombang : 26
Hari/Tanggal : Jumat/1 Juli 2022
Nara Sumber : Edi S. Mulyanta, S.SI,M.T
Moderator : Rosminiyati
- Pembukaan
- Pemaparan materi
- Tanya jawab
- Penutup
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia. Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan. Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum.
Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH). Penerbit seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring.
Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum. Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Data-data pemasaran
tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih
sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap
mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal
ini memang membutuhkan dana yang luar biasa bisa untuk mencoba menggali lebih
dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi
yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang,
nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema
yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar. Peserta BM diberkan tantangan untuk menuangkan pengalamannya tentang tema kurikulum yang baru ini. Peluang untuk terbit cukup besar karena temanya untuk saat ini menarik. Namu perlu diingat penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu diperhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.
Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus.Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia. Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nilainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.
Konsep dasar pembiayaan
dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak
tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat
terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit
memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya
sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian
Daerah, Dana Sekolah dll.
Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan. Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama beliau berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.
Geger ISBN pun
menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar
semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa
menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar
terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia
dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup
sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya
keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak
memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat
undang-undang perbukuan 2017.
Manfaat ISBN
Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia. Buku ini melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap. Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.
Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional. Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.
Sebagai calon penulis dapat mencoba menawarkan semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi. Ini kesempatan bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya.
Kesimpulan :
Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca. Demikian gambaran tentang dunia penerbitan di Pasca Pandemi yang cukup memporak porandakan lini bisnis penerbitan.
Selanjutnya adalah sesi tanyjawab. Berikut rangkuman jawaban pertanyaan dari peserta :
💥Pada dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di dalam satu penerbit saja. Karena hak cipta ada di penulis, maka penulis dapat menerbitkan edisi selanjutnya ke penerbit lain dengan mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula mengalihkan hak terbit.
💥 Novel adalah genre yang laku di toko buku dan proyek pemerintah. Nah novel yang bisa lolos di penerbit memang harus mempunyai tema yang kuat, ada unsur pendidikan, lokalitas daerah juga menarik. Sebagai contoh Laskar Pelangi itu mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat dunia pesantren. dll. Genre Humor - contohnya tulisan-tulisan Raditya Dika, masih cukup menarik, hanya perlu riset untuk menentukan tema baru apa untuk generasi digital saat ini.
💥 Penulis pemula
mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya.
💥 Ada dua konsep yang berbeda, yang perlu bapak ibu ketahui dalam memproduksi buku. Mencetak buku atau menerbitkan buku, keduanyaa mempunyai arti yang berbeda sekali. Mencetak buku, hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses editing, setting, dan desain cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis sendiri. Menerbitkan buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses menjadi buku. Ada proses editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan buku luar (cover) dan back cover.
💥 Untuk naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya, dengan terlebih dahulu melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan atau tidak. Karena cukup ketatnya kajian bisnis sebuah buku, sehingga banyak buku yang tidak mampu dijual oleh penerbitnya, sehingga diputuskan untuk dikembalikan ke penulisnya.Penulis terkadang membiayai sendiri karena mendapatkan sponsor, menang hibah penulisan dari pemerintah, atau pembiayaan sendiri
💥 Silakan mengirimkan
sampel naskahnya ke email penerbit yang bersangkutan. Penerbit akan melakukan
seleksi dan kajian pemasaran buku untuk usulan naskah yang dikirimkan. Apabila
diputuskan untuk terbit, maka penerbit akan membiayai penerbitan buku tersebut.
Biasanya cetak buku kisarannya antara 1000-2000 eksemplar.
💥 Jumlah cetak saat ini minimal adalah 300 eksemplar, untuk mengantisipasi UU perbukuan 2017 yang mensyaratkan terbitan harus tersebar luas di masyarakat. Hal ini menjadi syarat untuk dapat mengeluarkan ISBN dari perpusnas. Jumlah cetak 300 eksemplar digunakan kemdigbud untuk memberikan hibah penulisan buku ajar untuk dosen. Kisaran hibah buku adalah 15jt-25 juta untuk produksi buku 300 eksempar, ukuran UNESCO (16x23 cm), font 12 point, 1 spasi.
💥 Syarat utama naskah bisa diterima adalah otentik,
mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat
ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?geo=ID)
💥 Kekurangan penerbit
mayor adalah jumlah judul, jumlah produksinya yang besar, serta saluran
pemasaran yang beragam sehingga proses cukup lama dan rumit.
💥 Naskah harus berani
diusulkan ke penerbit, gandeng penulis-penulis senior yang ada di group ini.
Sudah 25 angkatan, sehingga tidak ada salahnya bapak ibu bersilaturahmi dengan
teman-teman angkatan sebelumnya.
💥 Tulislah buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti
kurikulum baru, merdeka belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill
untuk anak didik kita. Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang
untuk di ulik.
💥 Buku yang trend nya
tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anak.
💥 Target terbitan
penerbit ANDI adalah 500 judul per tahunnya
💥 Buku tema Anak sangat
menarik untuk diterbitkan, sayang pembuatannya rumit dan membutuhkan kemampuan
illustrasi yang banyak.
💥 Berani menulis Fiksi
dengan muatan lokal, sayang tidak semua penulis piawai merangkai kata-kata
fiktif dalam sebuah cerita.
💥 Buku Pelajaran baik
Utama maupun Pendaping, kelemahannya penulis pesaing sudah banyak sehingga kans
terbit sangat ketat persaingannya.
💥 Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
💥 Pemasaran buku
digital sangat berbeda dengan buku fisik. Contohnya di www.pbuandi.com ini
adalah model katalog sederhana pemasaran buku digital. Sayang masih banyak
pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku digital.
💥 Buku yang tidak mempunyai ISBN memang akan mendapatkan angka kredit yang kecil tentu hal ini merugikan penulis yang bertujuan untuk mendapatkan jenjang akademik dari menulis buku.
💥 Ada nomor pengganti
isbn yang disebut dengan GGKEY yang dikeluarkan oleh Google, sayang nomor ini
belum diakui untuk mendongkrak angka kredit. GGKEY hanya berurusan dengan
identifikasi buku yang akan dijual menggunakan platform GOOGLE.
💥 ISBN buku kita selalu dilaporkan secara internasional
sehingga terpantau oleh pusat ISBN di Inggris. Tidak adan sebuah buku yang sama
ISBN nya. . karena nomornya unik seperti sidik jari atau IP Addres internet..
kelemahannya yaitu bisa habis jatah nomornya.
💥 Proses standar
Perputakaan Nasional adalah 3 hari kerja, pada praktiknya bisa lebih cepat dari
standar tersebut, terkadang bisa lama untuk penerbit-penerbit minor atau indi
karena ada beberapa persyaratan penyebarluasan yang harus diikuti.
💥 Kita tidak mungkin mengajukan satu naskah ke beberapa penerbit karena saat pengajuan ISBN akan terdeteksi jika terjadi duplikasi judul. Salah satu akan gugur, biasanya pengajuan yang terakhir akan digugurkan.
💥Yang bertahan adalah penerbit yang memang sudah mempunyai modal judul banyak, karena bisa masuk ke beberapa saluran pemerintah. Tampaknya pemerintah konsisten untuk tetap belanja buku selama masa pandemi, sehingga penerbit-penerbit yang koleksi judulnya banyak masih bisa bertahan. Akan tetapi tidak semua penerbit bisa beruntung seperti itu, banyak yang memang kemudian tutup, apalagi ada badai ISBN .. banyak penerbit yang akhirnya menyerah.. karena kesulitan modal produksi buku.
💥Trik yang paling mujarab memang Content is the king sehingga secara organik buku tersebut akan mandiri jualan sendiri. Tapi memang seribu satu buku tersebut. Untuk mendongkrak penjualan biasanya penulis dapat menggunakan jurus klise ATM - Amati Tiru Modifikas dari buku-buku Best Seller Terus rajin menulis berbarengan, supaya nama kita bisa nyangkut di Google, sehingga penerbit dapat meliriknya saat googling, karena googling jejak digital calon penulis biasanya dilakukan oleh penerbit termasuk kami. Trik gampang .. nama bapak ibu coba di google.. apakah menarik indeks google atau tidak.. itulah jejak digital bapak ibu.
💥 Menurut aturan UNESCO, ketebalan halaman sebuah buku adalah 40 halaman. Akan tetapi penerbit tidak menggunakan acuan tersebut, banyak buku anak 12 halaman yang laku. Buku 1000 halaman juga bisa laku jika memang sangat dibutuhkan pembaca. Buku Farmakope jumlah halamannya lebih dari 1000 akan tetapi banyak dicari oleh pembacanya yaitu dokter, ahli obat, farmasi, rumah sakit, perawat dll. Jumlah halaman sebenarnya bukan ketentuan utama karena variabel yang memengaruhi buku laku dan tidak bukan hanya dari jumlah halaman saja. Untuk buku ajar, kami biasanya mensyaratkan minimal harus 100 halaman, supaya punggung bukunya ada dan judul buku terlihat. Jumlah halaman 100 - 200 halaman, kisaran harga buku adalah 50 - 150 rb masih sesuai dengan kantong pembeli buku di Indonesia.
Closing statement :
Pandemi tampak seperti
ruang gelap tidak ada celah, akan tetapi jika kita menengadah ke atas, ternyata
masih ada setitik cahaya yang dapat kita gunakan untuk penunjuk arah.
Penerbit-penerbit saat ini masih berjuang untuk hidup, sehingga calon-calon
penulis tidak perlu gundah karena tulisan bapak ibu pasti akan berlabuh .. jika
kita tekun dan tabah melihat cahaya petunjuk tersebut.. salam hormat dan sehat
selalu
Salam Literasi 💪💪💪
No comments:
Post a Comment